Selasa, 26 Juni 2012
Lentera Dakwah: Yogyakarta Sebagai Layak Kota Santri
Lentera Dakwah: Yogyakarta Sebagai Layak Kota Santri: Oleh : Riski Angga Putra Tidak salah kalau dipenjuru pelosok neger...
Yogyakarta Sebagai Layak Kota Santri
Oleh : Riski Angga Putra
Dan tidak salah juga kalau saya
mengatakan Yogyakarta adalah sebagai
layak kota santri, tidak hanya kota pelajar yang penuh lembaga pendidikan, akan
tetapi akan lebih istimewa kalau Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota
santri. Kita telah mengetahui kalau pulau jawa dengan terkenalnya sejarah
mencatat kalau ulama atau kiyai yang terbesar/terbanyak adalah di pulau jawa.
Dari penjuru desa dan wilayah semua ada para pendidik, ustadz, ataupun ulama
dan kiyai. Kalau seandainya kota ini adalah kota yang lengkap akan pendidikan
yang lengkap berupa lembaga-lembaga yang akan membawa nama kota ini menuju kota
mahasiswa dan santri akan jadi apa Yogyakarta ini dipenuhi dengan berbagai
orang yang luar biasa akan membangun kota ini sebagai kota istimewa akan
pelajar yang santun dan santri yang berintelektual yang luar biasa. Saya adalah
seorang pelajar mahasiswa fakultas dakwah jurusan pengembangan masyarakat islam
UIN SUANA KALIJAGA. Yang berasal dari Sumatra Palembang, dan saya sangat kagum
dengan kota ini dari berbagai wilayah yang saya kunjungi begitu banyak
UNIV/LEMBAGA-LEMBAGA yang tersebar luas termasuk masjid-masjid yang penuh
dengan berbagai kegiatan seperti TKA/TPA yang dimana saat ini saya turut serta
dalam mengajar adek-adek TKA/TPA di sapen masjid safinaturrahmah, juga di
seleman dan di daerah bantul tempat dimana dosen saya Bpk.suyanto S,Sos. M, S.i
yang berkediaman di bantul, salah satu dosen fakultas dakwah.
Ada
dua sisi yang dapat saya ambil dari kota istimewa Yogyakarta selama kurang
lebih 6 (enam) bulan belajar di UNV.UIN SUNAN KALIJAGA :
Ma'hadi Jannati
Saya adalah seorang anak yang merantau dari Sumatra
Barat ke Sumatra Selatan. Cerita ini adalah kisah nyata dariku, yang memiliki
suatu impian ingin sekolah ke pondok pesantren. Dan ingin menjadi seorang da’i
pada suatu saat nanti. Tapi pada awalnya aku tidak yakin akan meraih impian
itu, karena aku adalah seorang anak yang tergolong miskin, yang mustahil untuk
berkeinginan masuk ke pondok pesantren dan menjadi seorang da’i yang terkenal. Tapi aku yakin… kalau aku pasti bisa
menjadi apa yang aku inginkan.
Pagi
itu adalah pagi yang cerah bagiku, betapa tidak karena hari itu kami sekeluarga
akan merantau ke Sumatera Selatan. Kami sekeluarga tidak membawa barang apapun,
kami hanya bisa membawa pakaian apa yang hanya kami pakai, dan uang secukupnya.
Ayah
dan ibuku tidak tahu harus ke mana, yang jelas ia mengatakan kalau kita harus
merantau ke Palembang.
Ayahku mengatakan,
“Wahai anak-anakku,
ingatlah apapun yang akan terjadi kepada kita semua nantinya kalau Allah SWT
selalu bersama kita sampai kapan pun, dan di manapun kita berada. Dan jangan pernah kita semua untuk
melupakan semua nikmat yang Dia berikan kepada kita semua.”
Sungguh…
hatiku seketika menangis akan nasihat seorang ayah yang sangat berhati mulia.
Dia adalah seorang ayah yang sangat aku sayangi. Hari demi hari telah kami
lalui semua, dan sampailah kami di Sumatera Selatan, yang tempatnya di kota
Palembang.
Ketika
sampai di Palembang ayah dan ibuku bingung bukan kepalang, karena arah dan
tujuan kami tak tahu harus ke mana. Sampai akhirnya kami menuju ke pasar yang
sangat terkenal di kota Palembang, yaitu pasar Cinde namanya.
Langganan:
Komentar (Atom)

